Jumat, 20 Juli 2012

Tugas Resensi Novel Fiksi


DEBU BINTANG

Oleh                 : Dini Dwi L.
Judul                : Debu Bintang
Pengarang        : Agnes Jessica
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : I, Juli 2006
Tebal buku       : 234 halaman

Ketidak beruntungan menimpa Danielle secara perlahan-lahan. Dimulai dari pernikahan yang sudah di depan mata yang akhirnya terpaksa gagal. Karena calon suami Danielle, Eddy bertemu dengan kekasih lama yang meninggalkannya ke Taiwan. Dan dengan entengnya Eddy membatalkan pernikahan yang kurang dua minggu lagi. Padahal Dani telah mempersiapkan semuanya hingga tabungan yang selama ini diperoleh dari kerja kerasnya menjadi guru BP terkuras habis. Benar-benar mengecewakan dan membuat Dani sakit hati. Ia juga dipecat dari pekerjaannya sebagai guru BP karena ulah anak didiknya.
Di saat Dani sedang sakit hati dan berusaha menenangkan dirinya setelah peristiwa gagalnya pernikahannya dengan Eddy, orang tuanya memeberinya kabar yang membuatnya semakin syok. Orang tuanya menjual rumah mereka untuk membiayai perjalan orang tua Dani ke Mesir. Sehingga Danielle harus mencari tempat tinggal yang baru untuk dia, Anna, dan Freddy.
Karena ke-2 kakaknya sudah menikah, Danielle tentu tak bisa tinggal bersama mereka. Di saat dia benar-benar tak tahu harus bagaimana, kakaknya menawarinya pekerjaan untuk menjadi guru privat anak-anak Hanson dengan tawaran tinggal di rumah pria itu. Dani yang benar-benar membutuhkan pekerjaan dan tempat tinggal, langsung menerima tawaran tersebut.
Sesampainya di rumah Hanson, ke-5 Hanson sudah menantinya di ruang tamu. Mereka tak bermaksud untuk menyambutnya. Ke-5 anak itu bernama Bernard (18 th), Alison (16 th), Ferdinand (14 th), Clara (12 th), dan Louisa (5 th). Mereka anak-anak yang malang karena ditinggal ibunya yang sekarang entah dimana keberadaannya. Keluarga itu sangat hancur berantakan. Semua nampak jelas pada tingkah laku Hanson dan ke-5 anaknya. Hari pertama Dani bekerja di rumah itu, dia mendapati Hanson sedang membawa wanita di rumahnya sepulang dari kantor tengah malam. Dani yang sempat syok ketika tahu bahwa Bernard mencintai dirinya, tak tahu bagaimana caranya menghilangkan rasa itu pada diri Bernard. Melihat keadaan rumah Hanson, Danielle ingin segera membenahi yang rusak. Tapi di mata Hanson, Dani selalu dianggapnya bertindak di luar batas wewenang yang diberikan.
Ketika Dani dipecat Hanson karena masalah pengeluaran yang dianggapnya terlalau berlebihan dan hendak pergi dari rumah Hanson tiba-tiba Trisna, sekretaris Hanson memberitahukan bahwa Belinda, istri Hanson yang pergi meninggalkan Hanson dan ke-5 anaknya sedang sekarat di Rumah Sakit. Mendengar kabar tersebut, seisi rumah termasuk Dani pergi menuju Rumah Sakit. Dari situlah awal kehidupan Dani akan segera dimulai. Belinda meminta Hanson untuk menikahi Dani di depan matanya karena Belinda percaya bahwa Dani bias menggantikannya. Mendengar itu, semua kaget dan anak-anak Hanson senang terkecuali Bernard yang masih mencintainya. Keesokannya, pernikahan digelar di kamar Belinda dan disaksikan oleh suster dan seluruh anak-anak Hanson. Pernikahan yang awalnya pura-pura hanya untuk membuat Belinda pergi dengan tenang, akhirnya berubah. Tanpa disadari Hanson dan Dani mulai jatuh cinta dan Bernard mulai bias untuk melupakan perasaannya kepada Dani. Lebih menggembirakan lagi ketika mereka dan ke-5 anak Hanson tahu bahwa Dani tengah hamil.

Contoh Kritik Karya Sastra


Banyak pesan moral yang terkandung dari cerpen-cerpen Indonesia. Misalnya, Awaliya Nur Ramadhan melalui cerpennya yang berjudul “Permintaan Sebuah Diary”. Dia menitipkan pesan moral akan pentingnya keluarga dan perhatian orang tua kepada anak. Dalam cerpennya itu, dia menggambarkan seorang anak bernama Dilla yang sangat kesepian meskipun hidupnya tercukupi oleh ayahnya. Tapi, sayangnya sang ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga pada suatu hari Dilla memutuskan pergi dari rumah dan mencari Bundanya.
Ketika Dilla sedang duduk termenung di taman kota, terdengar suara teriakan sang ayah yang senang karena telah menemukan Dilla. Tapi, Dilla tak ingin diajaknya pulang karena masih kesal dengan ayahnya yang tak pernah mengerti apa maunya. Akhirnya, Dilla pergi meninggalkan ayahnya di taman kota.
Di tengah perjalanannya, kakinya terhenti di depan rumah kecil yang berada di bawah jembatan. Diketuknya pintu itu. Tapi taka da jawaban dari dalam rumah. Tak sengaja, tiba-tiba pintu rumah terbuka dengan sendirinya karena sang pemilik rumah tak mengunci pintu. Dibukanya pintu itu, dan betapa terkejutnya Dilla saat mendapati seorang wanita separuh baya tergeletak pingsan di depannya. Dilihatnya orang itu, dan ternyata itu Bunda Dilla. Dirawatnya wanita itu hingga sehat. Setelah Bundanya sehat, Dilla memutuskan untuk kembali pulang ke rumah karena khawatir meninggalkan ayahnya sendirian di rumah.
 Seperti biasa, Dilla mencurahkan isi hatinya pada sebuah diary, buku harian kecil yang selalu menemaninya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, cepat-cepat Dilla menyembunyikan diarynya di bawah bantal. Ternyata itu ayah Dilla yang begitu senang mendapati anak semata wayangnya kembali pulang. Diajaknya Dilla untuk berbicara. Tapi karena Dilla yang masih kesal pada ayahnya hingga tak kuat menahannya, tiba-tiba dilla terjatuh pingsan. Dibawalah Dilla ke Rumah Sakit.
Sesampainya di Rumah Sakit, ayah Dilla begitu terkejut ketika sang dokter menyatakan penyakit leukimia Dilla yang sudah dideritanya sejak 2 tahun lalu kembali kambuh. Dengan perasaan bersalah karena gagal sebagai ayah, dihampirilah Dilla yang sedang terbaring lemah di ranjangnya. Ditanyanya apa yang sebenarnya Dilla inginkan. Tak sempat Dilla melanjutkan kata-kata keinginannya, Tuhan sudah mencabut nyawanya dan sang ayah tak pernah tahu apa yang Dilla inginkan selama ini. Hingga pada suatu hari sang ayah menemukan diary milik Dilla di kamarnya. Dibacanya perlahan masing-masing halaman dan akhirnya sang ayah tahu apa yang Dilla inginkan selama ini.



……………………………………………………………..
Ayah, aku hanya ingin ayah dan Bunda bersatu kembali.
Itulah yang Dilla inginkan selama ini.
Jemputlah Bunda di rumah kecil di bawah jembatan.